Minggu, 20 April 2008

Alternatif Pilihan Wisata Ruhani Bersama Keluarga

Ponpes ‘Asali Fadlaailir Rahmah, Sananrejo, Turen, Malang
Bisa Jadi Alternatif Pilihan Wisata Ruhani Bersama Keluarga


KABUPATEN Malang merupakan salah satu daerah berhawa sejuk di negeri ini yang banyak menyimpan cerita indah. Mulai dari cerita tentang kiprah anak manusia yang gandrung pada kehidupan yang bernuansa hedonis, intelektual, supranatural hingga yang bersifat agamis.
Di kota inilah, organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pertamakali dideklarasikan. Dan di kota Malang jugalah, pada tahun 2005 lalu, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, menggelar acara musyawarah akbarnya yang diikuti oleh Pimpinan Muhammadiyah seluruh Indonesia.
Selain itu, wilayah yang dikenal sebagai Kota Tanaman dan Kota Santri ini, juga menjadi saksi hidup tentang berakhirnya kiprah para pelaku teroris bom yang telah meresahkan rakyat Indonesia. Sebab, di kota inilah, salah satu gembong teroris yang paling dicari pemerintah RI, yaitu almarhum Doktor Asyhari, berhasil dilumpuhkan di wilayah Batu, Malang.
Kesejukan wilayah Malang memang acapkali mengundang decak kagum para pelancong dari berbagai daerah di Indonesia. Baik itu yang ingin menikmati keindahan pesona alam yang ada di wilayah yang dikenal sebagai kota Apel ini, maupun yang datang karena ingin mencari ketenangan hati. Termasuk ketika penulis mencoba untuk berkunjung ke sebuah desa yang cukup terpencil tapi sangat populer di kalangan para pejalan ruhani. Yaitu Desa Sananrejo, Kecamatan Turen.
Persisnya ke Pondok Pesantren (Ponpes) Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang berada di jalan Anggur RT 27/RW 06 Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Dengan mengendarai mobil, penulis menempuh perjalanan sekitar 400 kilometer dari Yogyakarta. Penulis diterima dengan baik oleh para pengurus dan santri di Ponpes yang berdiri pada tahun 1978 itu.
Tidak Dibeda-Bedakan
Setelah melapor pada petugas piket yang ada di sebuah menara pintu masuk gerbang utama, penulis kemudian ditemani salah seorang santri bernama Iphoeng HD Purwanto untuk jalan-jalan menyusuri tiap ruangan yang terdapat di Ponpes yang dibangun di atas tanah seluas ± 5 Ha tersebut.
“Petugas piket yang menjaga pos masuk di pintu gerbang utama itu, juga adalah santri. Tugas utamanya adalah mencatat dan melaporkan semua tamu yang datang dan pulang ke Romo Kiai, Pimpinan pondok ini,” ujar Gus Iphoeng, panggilan khusus untuk santri yang menetap di dalam pondok.
Tak lama setelah berada di ruang informasi, penulis menyaksikan banyak mobil yang datang. Ada yang menggunakan mobil pribadi dengan plat nomor kendaraan W, S, AE, H, B, N, M, AD, D dan AB. Selain menggunakan mobil pribadi, ada juga yang datang dengan menggunakan mobil bis mini, mikrolet, bus dan mobil truck pik-up dengan kode plat nomor kendaraan N. Semua kendaraan tersebut, berisi penumpang padat, baik tua-muda, besar-kecil maupun laki-wanita.
Ratusan penumpang wanita, baik besar maupun kecil dan tua maupun muda, duduk berjejer di sekitar halte khusus untuk wanita yang berada di selatan ruang informasi. Sebagian besar dari wanita yang datang saat itu mengenakan busana muslimah. Tapi, ada juga satu-dua di antara mereka itu yang tidak memakai busana muslimah.
Tapi, mereka tetap diterima dengan baik oleh para pengurus Ponpes. Sedang penumpang laki-lakinya, sebagian besar berdiri di halaman sekitar ruang informasi satu. “Di sini, pengunjung tidak dibeda-bedakan. Apapun agama dan keyakinan yang dianutnya, insya Allah akan diterima dengan baik di pondok ini,” ujar Sekretaris Santri yang mengaku berasal dari daerah Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
Tak lama setelah itu, penulis menyaksikan kepala rombongan dari masing-masing mobil tersebut datang menyerahkan secarik kertas putih kepada beberapa santri yang mengenakan jas berwarna biru tua dan peci warna hitam. Ternyata, secarik kertas putih berukuran 8 x 10,5 cm itu berisi keterangan tentang data penanggungjawab rombongan, jumlah rombongan dan daerah asal rombongan tersebut. Selain, juga berisi tentang maksud kedatangan mereka ke pondok itu.
Setelah mencatat keterangan tersebut ke dalam sebuah buku besar, petugas piket yang mencatat data tersebut, kemudian meminta 4 orang rekannya sesama santri untuk menjadi guide para rombongan tersebut. Penulis juga ikut serta di dalam rombongan besar itu, untuk melihat-lihat kondisi pondok tersebut dari dekat.
Akrab Dengan Alam
PONPES Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah Sananrejo, Turen, Malang, memang sangat indah. Selain hawanya yang sejuk, Ponpes megah itu juga sangat akrab dengan lingkungan hidup. Hal itu nampak dari sebagian besar jalan-jalan yang ada di lokasi Ponpes tersebut, di kiri-kanan jalannya, terdapat banyak tanaman dan pohon yang sangat rindang. Anda juga bisa menyaksikan bentuk bangunannya yang megah, unik serta bernuansa bangunan ala Timur-Tengah dan modern itu dari jarak dekat.
Jika Anda ingin melakukan kunjungan wisata ruhani ke Ponpes tersebut dengan membawa semua anggota keluarga, Anda tidak perlu khawatir. Sebab, untuk bisa masuk dan menginap di Ponpes tersebut, Anda tidak akan ditarik biaya barang sepeser pun. Anda cukup melapor tentang maksud kedatangan Anda ke pondok tersebut kepada santri yang piket.
Setelah itu, Anda akan dipandu oleh para santri yang sebagian besar mengenakan jas berwarna biru tua dan memakai peci warna hitam. Anda bisa bertanya tentang banyak hal-ikhwal mengenai pondok itu kepada para santri yang menjadi guide Anda saat itu.
Khusus untuk pengunjung yang berasal dari daerah jauh, Anda bisa menginap di Ponpes tersebut. Selama Anda menginap di Ponpes yang punya santri sebanyak 200 orang itu, Anda akan diberi makanan secara cuma-cuma oleh pihak pondok. Tapi, jika Anda ingin membeli makanan sendiri, di arena parkir mobil, yaitu di taman sisi sebelah selatan pondok, ada sejumlah bidak (warung) yang secara khusus telah dipersiapkan untuk menjual makanan penuh barakah dari berbagai daerah. Di sana Anda bisa memesan dan menikmati makanan sesuai dengan selera Anda.
Sedang, jika Anda ingin membeli berbagai cindera mata yang ada di pondok, Anda bisa berjalan menuju ke arah lantai 5 yang berada di sebelah timur pondok. Di lokasi tersebut, ada banyak bidak yang telah dibangun untuk menjual berbagai makanan kering dan cindera mata.
Jika anak Anda ingin bermain, ada beberapa lokasi tempat arena bermain untuk anak yang bisa Anda kunjungi. Selain di lantai dasar dekat halaman parkir sepeda motor yang berada di sebelah barat, juga ada di lantai 5 dan di sebelah timur tempat naik-turunnya para pengunjung. Yaitu sebuah kolam perahu, lengkap dengan fasilitas penunjang lainnya. Seperti perahu karet dan motorboad (perahu bermesin) yang diberi nama Happy Family (Keluarga Bahagia).
“Khusus untuk motorboad, jika ada pengunjung yang ingin menikmatinya, maka kami hanya memohon keikhlasannya untuk ikut membantu biaya pengadaan bensin. Tapi, sifatnya bukan memaksa atau kewajiban. Kalau ndak ada, ya ndak apa-apa,” kata santri bujang berkacamata minus tersebut.
Selain itu, jika anak Anda ingin melihat beberapa binatang peliharaan di Ponpes tersebut, Anda bisa mengajak putra-putri Anda ke ’kebun binatang’ mini yang berada di bagian sebelah timur Taman Pinus. Di tempat tersebut, selain ada sepasang hewan kijang, juga ada burung merak, burung onta, burung kakaktua dan ayam hutan.
Singkat kata, di tengah lingkungan yang asri, teduh, tenang dan berhawa sejuk itu, Anda bisa merasakan sendiri bagaimana nikmatnya berada di tempat tersebut. Jangan kaget, ketika anak Anda ingin mengajak pulang, tiba-tiba Anda menjadi terasa enggan untuk pulang ke rumahnya. Sebab, berada di pondok tersebut laksana seperti berada di dalam surga. (Firman R)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

banyak pengunjung yang kagum atas bangunan pondok. kagum atas ukuran, kemegahan dan bentuk serta arsitektur pundok. sebetulnya yang lebih mengagumkan adalah fungsinya bangunan pondok.
seluruh bangunan memang tidak dibangun atas dasar ilmu teknik bangunan atau ilmu arsitek tetapi dibuat dan dilaksanakan atas dasar istikharah / olah rasa. jadi tidak ada gambar, block atau site plan apalagi master plan. tidak ada target penyelesaian. semuanya berjalan mengalir begitu saja. pembangunan dikerjakan berdasarkan adanya penyakit hati yang berkembang di masyarakat / dunia. petunjuknya bisa melalui santri, jamaah atau melalui media. berdasarkan petunjuk itu Romo Kyai melakukan istikharah. letak, bentuk, ukuran, warna, motif, siapa yang mengerjakan, penyandang dananya siapa semuanya atas dasar hasil oleh rasa hati. tolok ukurnya pembangunan adalah: hilangnya penyakit hati dan bertambahnya rasa dekat dan cinta kepada Allah.jadi seluruh bangunan pondok merupakan kumpulan jalan keluar untuk mengatasi penyakit hati. itulah tujuan dibangunnya pondok. untuk dijadikan alat / media/sarana membersihkan penyakit hati. metode seperti ini memang belum pernah ada sebelumnya. namun Alhamdulillah 99,7% dari jutaan pengunjung yang telah datang ke pondok dapat merasakan adanya / munculnya rasa damai, tenang, lebih dekat kepada Allah, rasa sayang kepada sesama dan menambah keimanan mereka. rasa seperti tersebut diatas tidak saja dirasakan di pondok tetapi juga sampai di rumah bahkan memancar kepada orang disekitarnya. jadi sekali lagi yang lebih mengagumkan adalah fungsi pondoknya.