Minggu, 20 April 2008

Wawancara Khusus Dengan Santri Ndalem

Wawancara Dengan Santri Ndalem
Gus Iphoeng HD Purwanto:
Santri Diajarkan Beribadah Karena Senang

TEPAT pukul 10.00 WIB, dengan mengendarai mobil, penulis datang ke Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiah yang berada di jalan Anggur RT 27/RW 06 Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Namanya Ponpes Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Yang artinya Samudera Madu Kasih Sayang Yang Utama.
Pagi itu, ribuan pengunjung asal Kabupaten Malang Raya telah berdatangan. Penulis ikut melebur dalam ratusan pengunjung yang datang pagi itu. Ketika melapor ke bagian informasi, penulis menyampaikan maksud dan tujuan datang ke Ponpes yang dibangun pada tahun 1978 tersebut. Setelah itu, penulis kemudian diminta menunggu di ruang halte khusus untuk wanita.
Tak lama kemudian terdengar sebuah berita panggilan lewat pengeras suara yang ditujukan kepada salah satu santri asal Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Namanya Iphoeng HD Purwanto, atau biasa disapa Gus Iphoeng. Pria kelahiran Yogyakarta 13 Maret 1975 yang mengenakan kacamata minus itu, kemudian mendampingi penulis melihat-lihat seluruh bangunan Ponpes seluas ± 5 Ha tersebut dari dekat.
Di sela-sela kunjungan penulis ( P ) di Ponpes yang punya santri sebanyak 200 orang itulah, santri bujang yang juga adalah Sekretaris Santri Ponpes Bi Ba’a Fadlrah Malang itu bercerita banyak tentang kisah perjalanannya selama menjadi santri di Ponpes tersebut. Berikut petikan bincang-bincang dengan Gus Iphoeng (GI) yang menetap di pondok itu sejak tahun 2002 lalu:

P: Bisa diceritakan, bagaimana latar belakang Anda nyantri di Ponpes ini?

GI: Saya lupa bagaimana persisnya. Yang jelas, ketika pertama kali saya datang ke Ponpes ini, saya menemukan ketenangan hidup. Ketenangan yang sebenarnya. Bukan ketenangan yang bersifat semu atau sementara. Ketenangan itulah yang selama ini saya cari, dan mungkin juga dicari oleh banyak orang.
Waktu itu, kalau tidak salah, sekitar tahun 2000-2001. Saya waktu itu masih tinggal di Yogyakarta. Bersama teman-teman, saya sering datang ke Ponpes ini. Setiap kali saya ingat tentang Ponpes ini, termasuk ingat pada orang-orang yang ada di Ponpes ini, tiba-tiba hati saya menjadi tenang. Seberat apapun masalah yang sedang saya hadapi, begitu ingat Ponpes ini, hati saya pun kontan menjadi tenang.
Apalagi kalau mengingat betapa besarnya perhatian dan cinta Romo Kiai - Bu Nyai, Pimpinan Ponpes ini, pada saya dan keluarga. Air mata sedih dan bahagia itu terkadang keluar dengan sendiri tanpa bisa saya bendung. Sejak itulah, saya selalu datang ke pondok ini. Alhamdulillah, dalam perjalanan waktu, saya kemudian diijinkan untuk tinggal di pondok hingga saat ini.

P: Apa yang membuat Anda sehingga tertarik jadi santri di Ponpes ini?

GI: Yang utama adalah, karena saya senang belajar di Ponpes ini. Sebab, di pondok ini, saya dididik dan diajarkan oleh Romo Kiai untuk selalu belajar praktik hidup menurut ajaran agama yang saya yakini. Saya dan teman-teman santri di sini diajarkan untuk beribadah kepada Gusti Allah karena senang. Bukan karena ingin mengejar pahala atau minta balasan.
Selain itu, saya dan kawan-kawan juga diajarkan untuk pratik belajar mencintai dan menyayangi semua makhluk tanpa membeda-bedakan asal-usulnya dan keyakinan yang dianutnya. Misalnya, belajar praktik menghormati keyakinan orang lain, belajar praktik menghormati amal jariah orang-orang yang mempercayakan hartanya kepada Beliau, belajar merasakan adanya penyakit hati dan belajar bersih-bersih penyakit hati.
Di sini juga Beliau mendidik semua santri dan para jama’ah untuk praktik hidup bersandar pada sebab kemurahan Gusti Allah. Artinya, belajar praktik untuk mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Zat yang betul-betul Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bukan karena mengandalkan kemampuan, kekayaan dan kehebatan diri. Karena itulah, saya kemudian tertarik untuk nyantri di sini. Pasalnya, kita di sini diajarkan untuk bersikap jujur pada diri sendiri, kepada sesama santri, kepada Beliau dan kepada Gusti Allah.

P: Bisa diceritakan, pelajaran apa saja yang diberikan di Ponpes ini?

GI: Kalau pelajaran dalam pengertian umum, di pondok ini santri diajarkan tentang ilmu-ilmu agama yang mengacu pada kitab-kitab ulama yang sering diajarkan di pondok-pondok lainnya. Misalnya kitab Al-Hikam dan Durratun Nasihin. Tapi, yang lebih sering diajarkan di pondok ini adalah, bagaimana aplikasi dari ajaran yang terdapat di dalam al-Qur’an, Sunnah dan kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama salaf itu dalam kehidupan sehari-hari.
Singkat kata, di sini, santri dididik dan diajarkan untuk praktik. Bukan cuma menguasai teorinya tok. Ibarat laboraturium, di pondok ini, santri betul-betul digembleng untuk belajar menyadari kekurangan yang terdapat di dalam dirinya masing-masing. Setelah itu, santri dididik untuk belajar mengakui sebab kekurangan yang ada di dalam dirinya itu adalah karena kesalahan dirinya sendiri.
Dalam bahasa lain, belajar praktik mensyari’atkan diri sendiri dan menghakikatkan gerak makhluk yang ada di sekitar kita. Setelah itu, belajar mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dialami, atau yang ada di sekitar kita.

P: Bisa disebutkan, dari mana saja santri dan jama’ah yang datang ke Ponpes ini?

GI: Sebagian besar berasal dari pulau Jawa. Terutama Jawa Timur. Selain itu, ada juga yang berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, NTB dan Irian Jaya. Kalau tamu yang datang ke pondok ini, ada juga yang berasal dari luar negeri. Bahkan, tidak sedikit tamu dari agama lain juga datang ke pondok ini. Ya, pokoknya bermacam-macam. Yang jelas, semua tamu-tamu itu diterima dengan baik di sini. Sebab, di sini, semua keyakinan bisa masuk dan dihormati. (Dewi Farema)

2 komentar:

WARUNG HIKMAH mengatakan...

saya betul-betul terharu membaca bagaimana perjalanan hidup Gus Iphoeng dalam rubrik ini. pingin rasanya saya ikut nyantri di pondok yang indah ini.gimana ya caranya?

omah opak mengatakan...

saya betul-betul terharu membaca bagaimana perjalanan hidup Gus Iphoeng dalam rubrik ini.
gus iphong......
sejak kapan GUS jadi santri dalem....