Rabu, 25 Maret 2009

Meniti Karir Politik Secara Elegan


[ 17 ]
Jadi Politikus Handal

MENJADI seorang politikus yang handal itu tidak mudah. Sebab, banyak hal yang harus dipenuhi. Diantaranya: Satu, calon politikus harus punya keterampilan khusus dalam berpolitik. Dua, ia harus cerdas dalam membaca situasi politik yang sedang berkembang.
Tiga, ia harus cekatan dalam mengambil keputusan dan membaca peluang yang ada di hadapannya. Selain itu, empat, calon politikus harus tahan banting. Termasuk, ia harus pula punya jiwa besar untuk menerima kritik dan saran dari lawan politik maupun dari konstituennya.
”Tapi ingat,” ujar wan Arif, salah seorang pengamat politik yang lagi naik daun, ”bisa punya keempat syarat itu, tidak otomatis dapat dijadikan sebagai jaminan, bahwa orang tersebut bakal lancar perjalanannya untuk menjadi wakil rakyat yang mumpuni. Masih perlu tambahan syarat lainnya. Yakni, harus kuat gondhelannya kepada Tuhan Yang Sebenarnya dan harus siap pula untuk kalah. Dua hal yang disebut terakhir ini, kedudukannya saling melengkapi satu sama lain.”
Berbicara di hadapan ratusan para caleg, wan Arif mengatakan, ”Sejak pertumbuhan parpol yang kian marak seperti sekarang ini, saya melihat, di negeri ini makin banyak orang yang nekad. Nekad ingin menjadi wakil rakyat. Padahal, sebetulnya, dia tidak punya kemampuan apa-apa. Modalnya, ya nekad itu tadi.”
”Gilanya lagi,” imbuh wan Arif, ”dalam kondisi yang serba terbatas itu tadi, makin dirumitkan dengan masalah tak berfungsinya akal sehat mereka yang tengah bermimpi ingin menjadi wakil rakyat tersebut. Akibatnya, mereka pun akhirnya mengumbar hawa nafsu yang seharusnya mereka kendalikan.”
”Wah, ngeri ya wan Ali? Jika analisis wan Arif itu benar, maka berarti setelah pemilu nanti selesai, bakal banyak orang yang jadi stress hidupnya, ya wan Ali?” ujar wan Thalib sambil berbisik-bisik.
“Ya mau bagaimana lagi, wan Thalib? Begitulah resiko hidup. Ada yang waras dan ada yang tidak waras. Tapi, jika kita mau belajar dari semua kejadian itu tadi, insya Allah nanti akan membuka rasa butuh kita kepada Sang Pencipta. Kita doakan saja,” tukas wan Ali. (Firman)

[ 18 ]
Trik Merebut Suara

caleg, selebritis dan dukun, adalah tiga profesi yang sedang menjadi sorotan oleh banyak pihak. Pasalnya, ketiga profesi tersebut, ibarat setali tiga uang. Terutama selama menjelang pemilu. Selebritis dan dukun jadi laku keras.
Ada yang secara terang-terangan minta dukungan dari para selebritis dan dukun, ada pula yang melakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi. Termasuk minta dukungan para tokoh agama. Semua itu mereka lakukan, karena mereka ingin berebut suara.
”Maklumlah, pemilu kali ini kan, tidak sama seperti pemilu-pemilu sebelumnya. Sekarang itu, siapa yang dapat suara banyak, maka dia berpeluang untuk menjadi anggota legislatif,” ujar wan Thalib, caleg dari partai angin ribut, ketika dimintai komentarnya oleh wartawan mengenai fenomena poster caleg yang dipasang bersama foto para selebritis.
”Anda sendiri kenapa tidak melakukan hal yang sama, wan Thalib?” tanya para wartawan.
”Saya? Ha ... ha ... ha ... Kalau saya sih punya cara sendiri dalam merebut suara dari konstituen saya. Jadi saya tidak perlu harus ikut-ikutan seperti yang dilakukan para caleg lainnya,” jawab wan Thalib.
”Bisa Anda ceritakan bagaimana trik yang akan Anda terapkan dalam pemilu tahun ini?” cecar wartawan media elektronik.
”Wah ... kalau tentang hal itu, sebetulnya, rahasia. Tapi, karena Anda ingin tahu, ya terpaksa saya ceritakan. Trik saya sih sederhana saja. Yaitu, bangun yakin kalau Tuhan Yang Sebenarnya telah mencukupi dan memenuhi semua keinginan saya. Jadi, saya tidak ingin mengandalkan gerak lahir. Kalaupun saya melakukan sesuatu, ya hal itu tak lebih hanya sebagai syarat untuk adanya ikhtiar. Selebihnya, saya pasrah pada kehendak Tuhan,” ungkap wan Thalib.
”Bagaimana jika trik Anda itu ternyata tidak membuahkan hasil? Misalnya, suara yang Anda peroleh tidak mencukupi dan Anda akhirnya tidak terpilih jadi anggota legislatif. Apa yang akan Anda lakukan?” gantian wartawan media cetak yang bertanya.
”Ya tetap bangun syukur. Wong jadi caleg itu adalah ujian, bukan tujuan. Terpilih, ya syukur. Tidak terpilih, ya tidak apa-apa. Yang penting, saya berusaha untuk meyakini kejadian itu adalah ’hadiah’ terbaik dari Gusti Allah,” tandas wan Thalib. (Firman)

[ 19 ]
Belajar Menghormati

DALAM kampanye terbuka, banyak caleg yang sering tergoda untuk menyoal dan menyoroti lawan politiknya yang berkampanye di daerah pemilihannya. Mulai dari cara berkampanye, media kampanye yang dipergunakan sampai isi kampanye dari para lawan politiknya.
Akibat adanya pengadilan politik semacam itu, tensi hawa negatif yang ada di dalam diri para konstituen pun akhirnya mengalami peningkatan. Suhunya bisa menembus batas kewajaran. Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut dan terus dikompor-kompori, bisa jadi akan menimbulkan adanya konflik fisik di tingkat arus bawah.
Untuk mencegah agar hal tersebut tidak sampai terjadi, wan Ali mengambil inisiatif untuk mengundang para juru kampanye (jurkam) dan para caleg yang akan berkampanye terbuka di wilayahnya. Mereka diajak kumpul di padepokan hikmah milik wan Ali untuk musyawarah bersama guna menjaga agar kondisi di wilayahnya tetap kondusif.
”Para sederek, matur nuwun, panjenengan sedaya saget rawuh teng gubuk kulo. Enggeh, mugi-mugi, pertemuan dinten niki saget dadi alat kagem nguatake tali silaturahmi di antara kita sedaya. Amin,” ujar wan Ali membuka acara, seraya menjelaskan tentang maksud dari pertemuan tersebut.
”Sebetulnya, lewat pertemuan ini, saya ingin mengajak panjenengan sedaya untuk bareng-bareng memikirkan tentang bagaimana caranya agar masyarakat di dapil ini, meskipun ikut dalam pesta demokrasi, tapi bisa tetap rukun. Sebab, beberapa hari belakangan ini, saya merasakan ada tanda-tanda bakal akan adanya gesekan di masyarakat. Karena itu, panjenengan sedaya saya minta bantuannya untuk menemukan bagaimana jalan keluarnya agar tidak terjadi konflik di wilayah ini,” imbuh wan Ali.
Pada kesempatan itu wan Ali juga mengingatkan para caleg dan jurkam, bahwa terpilih atau tidaknya para caleg setelah pemilu nanti, masyarakat di dapilnya itu, tetap akan menjadi warga. Jika sebelum pemilu saja kondisinya sudah tercabik-cabik, bagaimana setelah pemilu nanti? Toh yang bakal repot, ya para caleg yang terpilih itu sendiri. Termasuk yang tidak terpilih, juga bakal kena getahnya.
”Karena itu, mari kita jadikan ajang kampanye terbuka kali ini sebagai media untuk kita bisa belajar saling menghormati dan belajar menjaga ketenangan bersama,” ajak wan Ali. (Firman)

Tidak ada komentar: