Rabu, 25 Maret 2009

Merubah Nasib Atau Merusak Nasib?


DALAM dua pekan terakhir ini, Kang Somad jadi bahan perbincangan di cakruk. Pasalnya sederhana saja. Sejak namanya telah tercantum dalam daftar calon tetap anggota legislatif yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), ia jarang muncul di cakruk. Padahal, sebelumnya, hampir setiap malam ia tak pernah absen di cakruk.
Karena itulah, ia kemudian menjadi sorotan warga. Hampir setiap malam, selalu saja ada sidang rohani yang membahas tentang sepak-terjang Kang Somad bersama anggota tim suksesnya. Mulai dari yang pro hingga yang kontra.
“Kasihan nasib Kang Somad. Pemilu belum digelar saja sudah jarang kumpul dengan keluarga dan teman-teman. Apalagi kalau sudah pemilu nanti, mungkin dia sudah tak ada waktu lagi untuk bisa léyéh-léyéh seperti dulu,” ujar wan Juned, membuka pembicaraan dalam sidang rohani di cakruk.
”Lebih-lebih kalau nanti sudah jadi anggota dewan betulan, bisa-bisa mungkin Kang Somad sudah jarang pulang ke rumah. Pulang-pulang ke rumah kalau kondisinya sudah babak-belur,” timpal wan Amin sambil tertawa lepas.
”Lho ... memangnya kenapa? Apa Kang Somad ndak boleh berjuang untuk merubah nasibnya? Bukankah kalau Kang Somad terpilih jadi anggota dewan, kita-kita juga yang bakal merasakan manfaatnya?” tanya wan Ali.
”Kalau jelas-jelas bakal terpilih saja sih ndak mengapa, wan Ali. Lha ... kalau sebaliknya? Sudah berjuang mati-matian, tapi ndak terpilih. Apa ndak malah tambah rekasa hidupnya Kang Somad?” timpal wan Abu.
“Wah … ya jangan begitu, wan Abu. Itu namanya sama saja sampeyan mendo’akan agar Kang Somad tidak jadi anggota dewan. Berarti sampeyan sama saja telah menutup jalan bagi Kang Somad untuk merubah nasib. Kita kan ndak tahu apa yang bakal terjadi di masa yang akan datang. Lha ... kalau misalnya, jatah berubahnya nasib Kang Somad itu harus dengan cara ia menjadi anggota dewan dulu, bagaimana? Apa sampeyan merasa keberatan?” selidik wan Ali.
”Ya ndak. Saya sih sebetulnya senang-senang saja kalau Kang Somad bisa jadi anggota dewan. Itu kalau jadi. Yang saya khawatirkan itu kalau misalnya Kang Somad gagal. Apa dia sudah siap untuk menerimanya?” ujar wan Abu.
”Wah ... kalau hal itu, bakal jadi pelajaran bagi Kang Somad. Jika dia berani berbuat, ya dia harus berani pula bertanggung jawab. Berani melangkah, ya harus berani menerima konsekuensi yang bakal muncul kemudian. Yang penting, kita sebagai orang yang berada di luar dari diri Kang Somad, jangan sampai meremehkan kemampuan Kang Somad untuk menjadi anggota dewan. Sebab, setiap orang punya jatah sendiri-sendiri,” tukas wan Ali.
”Ya, kita doakan saja. Siapa tahu jadi jalan rezekinya Kang Somad. Mudah-mudah, lewat pencalonan dirinya menjadi anggota dewan itu, iman-Islamnya Kang Somad makin tambah kuat,” tandas wan Juned sembari diamini oleh orang-orang yang hadir di cakruk malam itu. (Firman)

Tidak ada komentar: